DI
ATAS LANGIT ADA LANGIT
Suatu
ketika Nabi Musa as pernah merasa dalam hatinya timbul fikiran bahwa tidak ada
orang yang lebih pandai dan hebat darinya, akhirnya Allah menguji Nabi beliau
dengan mengutus beliau untuk berguru dengan seseorang yang hidupnya di laut,
seketika itu juga Nabi Musa berangkat mencari sang guru tersebut dengan
menyusuri pantai dan membawa ikan yang mana ikan tersebut nanti jika lepas
disitulah tempat sang guru berada. Setelah jauh Nabi Musa, as bepergian namun
sampai ikan tersebut jatuh beliau tidak tahu, lalu beliau berbalik arah dan
mencari dimana ikan tersebut jatuh sampai akhirnya beliau menemukan jejak
lubang seperti terowongan menuju laut lalu beliau memasukinya dan tidak lama
kemudian beliau bertemu dengan sang guru, yaitu Nabi Allah Hidlir, as.
Kemudian
Nabi Musa, as. Menyampaikan keinginan beliau untuk berguru dengan Nabi Hidlir,
as, awalnya beliau menolak tapi dengan alasan bahwa Nabi Musa tidak akan mampu
berguru kepada beliau, namun Nabi Musa, as tetap memohon untuk diterima sebagai
murid, dengan akan menuruti apa yang akan diperintahkan oleh Nabi Hidlir, as.
Setelah
mengadakan perjanjian mereka berdua pergi berjalan di sepanjang tepi pantai,
baru saja mereka berjalan mereka sampai disebuah pelabuhan, yang mana disitu
banyak perahu dan kapal besar, tidak lama kemudian Nabi Hidlir, as melobangi
sebuah perahu yang masih baru. Melihat kejadian itu spontan Nabi Musa, as
bertanya pada Nabi Hidlir, as. “Mengapa perahu itu engkau lobangi” Nabi Hidlir,
berkata “Sudah aku bilang engkau tidak akan sabar berguru padaku,” setelah itu
Nabi Musa, as berjanji tidak akan bertanya lagi sebelum Nabi Hidlir menjelaskan
apa yang telah dilakukannya.
Setelah
itu Nabi Hidlir, as dan Musa, as meneruskan perjalanan, dari desa ke desa, dan
mereka bertemu anak kecil, namun anak kecil tersebut ditangkap dan dibunuh oleh
Nabi Hidlir, as karena kurang sabar Nabi Musa bertanya lagi pada Nabi Hidlir.
Seperti kejadian yang pertama namun Nabi Hidlir masih memberi kesempatan sekali
lagi pada Nabi Musa, as dan mengajak berjalan lagi, dan perjalanan itu sangat
jauh sekali sehingga mereka sampai kelelahan, haus, dan lapar, namun tidak
seorang pendudukpun yang berkenan memberi minuman atau makanan, ketika mereka
beristirahat mereka menemukan sebuah rumah yang hampir rapuh dan roboh.
Kemudian Nabi Hidlir as mengajar Nabi Musa as untuk memperbaiki rumah tersebut.
Nabi
Musa, as. Kemudian bertanya “Mengapa engkau perbaiki rumah itu apakah agar kita
mendapat upah atau sekedar diberi makan dan minum.”
Nabi
Hidlir, as. Menjawab “Sudah aku katakan engkau tidak mampu bersabar berguru
denganku, tapi sesuai dengan janjiku sekarang aku akan menjelaskan padamu apa
alasannya kejadian-kejadian yang telah aku lakukan yaitu :
1. Perahu yang aku lobangi itu milik orang miskin
yang tiap harinya digunakan mencari nafkah. Kalau perahu itu kelihatan bagus
dan tidak lobang, maka perahu itu dirampas oleh raja yang dholim untuk
kendaraan perang.
2. Anak kecil yang aku bunuh itu kedua orang
tuanya sholih sholihah mereka sudah meninggal kalau anak ini dibiarkan besar
maka nanti malah menjadi anak durhaka.
3. Adapun rumah yang hampir roboh itu milik anak
yatim piatu yang didalamnya banyak harta karunnya, kalau rumah itu diperbaiki
maka harta karun itu selamat dari tangan orang-orag yang tidak berhak. Dan
harta tersebut nanti dapat digunakan untuk biaya hidup.
Karena
itulah dari awal aku katakan bahwa engkau tidak akan sabar berguru padaku
karena antara engkau dan aku banyak perbedaan, dan kita memang ditakdirkan oleh
Allah untuk bertemu.” (Itulah penjelasan Nabi Hidlir).
Wahai
teman temanku sekalikan itulah cerita Nabi Musa as dan nabi Hidlir as. Semoga
kita semua mengambil hikmahnya bahwa tidak ada orang yang paling sempurna di
muka bumi ini karena yang maha sempurna hanya Allah Taala.
2 comments:
mulai suka ngepost tulisan.....
Mugo2 ae lancar... hehe
Post a Comment